Ciri Patah Ulet, Patah Getas, dan DBT (Ductile to Brittle Tension)

Sabtu, 16 Juni 2012

1. Patah Ulet

Patah ulet adalah patah akibat deformasi berlebih, elastis atau plastis, terkoyak atau patah geser (tearing or shear fracture)
ciri patah ulet :


  • terjadi penyerapan energi
  • adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan
  • permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu.
2. Patah Getas

   ciri patah getas:
  • penjalaran retak yang lebih cepat dibanding patah ulet
  • penyerapan energi yang lebih sedikit
  • tidak disertai dengan deformasi plastis 
  • permukaan patahan pada komponen yang mengalami patah getas terlihat mengkilap, granular dan relatif rata.
Patah getas dapat mengikuti batas butir ataupun memotong butir. Bila bidang patahannya mengikuti batas butir, maka disebut patah getas intergranular, sedangkan bila patahannya memotong butir maka disebut patah getas transgranular.


3.DBT (Ductile to Brittle Tension)


Beberapa bahan tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur dan laju reaksi, walaupun pada dasarnya logam tersebut ulet. Gejala ini disebut transisi ulet-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis bahan. Bahan yang dapat memberikan patahan getas adalah bcc seperti Fe, W, Mo, Nb, Ta, dan logam hcp seperti Znserta paduannya, sedangkan fcc tidak bisa sama sekali. gejala ini juga mudah terjadi pada plastik.
faktor – faktor penyebab DBT (Ductile to Brittle Tension):

  • tegangan 3 sumbu : karena keadaan tegangan menjadi rumit terhadap dua atau tiga sumbu disebabkan oleh pangkal takikan, maka terjadi peningkatan yang menyolok dari tegangan mulur dan patah getas mudah terjadi.
  • laju regangan : peningkatan tegangan mulur yang sangat ditandai oleh peningkatan laju regangan yang mengakibatkan patah getas.
  • temperatur : makin rendah temperatur maka semakin mudah terjadi patah getas.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

cukup membantu

Posting Komentar